Atlantis
Peta Atlantis menurut Athanasius Kircher. Pada
peta tersebut, Atlantis terletak di tengah Samudra Atlantik.
Peta Atlantis menurut Arysio Nunes dos Santos
dalam bukunya Atlantis, The
Lost Continent Finally Found terletak
diIndonesia
Atlantis, Atalantis,
atau Atlantika (bahasa Yunani: Ἀτλαντὶς νῆσος, "pulau Atlas") adalah pulau legendaris yang pertama kali disebut
oleh Plato dalam buku Timaeus dan Critias.[2]
Dalam catatannya,
Plato menulis bahwa Atlantis terhampar "di seberang pilar-pilar Herkules",
dan memiliki angkatan laut yang
menaklukkan Eropa Barat dan Afrika 9.000 tahun sebelum waktu Solon,
atau sekitar tahun 9500 SM. Setelah gagal menyerangYunani,
Atlantis tenggelam ke dalam samudra "hanya dalam waktu satu hari satu
malam".
Atlantis umumnya
dianggap sebagai mitos yang dibuat oleh Plato untuk mengilustrasikan teori
politik. Meskipun fungsi cerita Atlantis terlihat jelas oleh kebanyakan ahli,
mereka memperdebatkan apakah dan seberapa banyak catatan Plato diilhami oleh
tradisi yang lebih tua. Beberapa ahli mengatakan bahwa Plato menggambarkan
kejadian yang telah berlalu, seperti letusan Thera atau perang Troya, sementara lainnya menyatakan bahwa ia terinspirasi
dari peristiwa kontemporer seperti hancurnya Helike tahun 373 SM atau gagalnya invasi Athena ke Sisilia tahun
415-413 SM.
Masyarakat sering
membicarakan keberadaan Atlantis selama Era Klasik, namun umumnya tidak memercayainya dan
kadang-kadang menjadikannya bahan lelucon. Kisah Atlantis kurang diketahui pada Abad Pertengahan, namun, pada era modern, cerita mengenai
Atlantis ditemukan kembali. Deskripsi Plato menginspirasikan karya-karya
penulis zamanRenaissance, seperti "New Atlantis" karya Francis Bacon. Atlantis juga memengaruhi literatur modern,
dari fiksi ilmiahhingga buku komik dan film.
Namanya telah menjadi pameo untuk semua peradaban prasejarah yang maju (dan
hilang).
Catatan Plato
Lukisan Plato.
Dua dialog Plato, Timaeus dan Critias,
yang ditulis pada tahun 360 SM, berisi referensi pertama Atlantis. Plato tidak
pernah menyelesaikanCritias karena alasan yang tidak diketahui;
namun, ahli yang bernama Benjamin
Jowett, dan beberapa ahli lain, berpendapat bahwa Plato awalnya
merencanakan untuk membuat catatan ketiga yang berjudul Hermocrates. John V. Luce mengasumsikan
bahwa Plato—setelah mendeskripsikan asal usul dunia dan manusia dalam Timaeus,
dan juga komunitas sempurna Athena kuno dan keberhasilannya dalam mempertahankan diri
dari serangan Atlantis dalam Critias—akan membahas strategi peradaban Helenik selama
konflik mereka dengan bangsa barbar sebagai subjek diskusi dalam Hermocrates.
Empat tokoh yang muncul
dalam kedua catatan tersebut adalah politikus Critias dan Hermocrates dan
juga filsuf Socrates dan Timaeus, meskipun hanya Critias yang berbicara
mengenai Atlantis. Walaupun semua tokoh tersebut merupakan tokoh bersejarah
(hanya tiga tokoh pertama yang dibawa),[3] catatan
tersebut mungkin merupakan karya fiksi Plato. Dalam karya tertulisnya, Plato
menggunakan dialog Socrates untuk mendiskusikan posisi
yang saling berlawanan dalam hubungan prakiraan.
Terjemahan Latin Timaeus,
dibuat pada abad pertengahan.
Timaeus
Timaeus dimulai dengan
pembukaan, diikuti dengan catatan pembuatan dan struktur alam semesta dan
peradaban kuno. Dalam bagian pembukaan, Socrates merenungkan mengenai komunitas
yang sempurna, yang dideskripsikan dalam Republic karya
Plato, dan berpikir apakah ia dan tamunya dapat mengingat sebuah cerita yang
mencontohkan peradaban seperti itu.
Pada buku Timaeus, Plato berkisah:
“
|
Di hadapan Selat Mainstay
Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi
ke pulau lainnya, di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang
dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis
baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan,
Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari
semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui
peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.[4]
|
”
|
Critias
Poseidon karya Bronzino (1503–1572).
Critias menyebut kisah yang
diduga sejarah yang akan memberikan contoh sempurna, dan diikuti dengan
deskripsi Atlantis. Dalam catatannya, Athena kuno mewakili "komunitas
sempurna" dan Atlantis adalah musuhnya, mewakili ciri sempurna sangat antitesis
yang dideskripsikan dalam Republic. Critias mengklaim bahwa
catatannya mengenai Athena kuno dan Atlantis berhaluan dari kunjungan keMesir oleh
penyair Athena, Solon pada
abad ke-6 SM. Di Mesir, Solon bertemu pendeta dari Sais,
yang menerjemahkan sejarah Athena kuno dan Atlantis, dicatat pada papiri di heroglif
Mesir, menjadi bahasa Yunani. Menurut Plutarch,
Solon bertemu dengan "Psenophis Heliopolis, dan Sonchis Saite, yang paling
dipelajari dari semua pendeta" (Kehidupan Solon). Karena jarak 500 tahun
lebih antara Plutarch dan peristiwa yang bersifat sebagai alasan atau dalih,
dan karena informasi ini tidak ada pada Timaeus dan Critias, identifikasi ini dipertanyakan.
Menurut Critias, dewa
Helenik membagi wilayah untuk setiap dewa; Poseidon mewarisi
wilayah pulau Atlantis. Pulau ini lebih besar daripada Libya kuno dan Asia
Kecil yang disatukan,[1] tetapi
akan tenggelam karena gempa bumi dan menjadi sejumlah lumpur
yang tak dapat dilewati, menghalangi perjalanan menyeberang samudra. Bangsa
Mesir mendeskripsikan Atlantis sebagai pulau yang terletak kira-kira 700
kilometer, kebanyakan terdiri dari pegunungan di wilayah utara dan sepanjang
pantai, dan melingkupi padang rumput berbentuk bujur di selatan
"terbentang dalam satu arah tiga ribu stadia (sekitar 600
km), tetapi di tengah sekitar dua ribu stadia (400 km).
Wanita asli Atlantis
bernama Cleito (putri dari Evenor dan Leucippe)
tinggal di sini. Poseidon jatuh cinta padanya, lalu memperistri gadis muda itu
dan melahirkan lima pasang anak laki-laki kembar. Poseidon membagi pulau
menjadi 10 wilayah yang masing-masing diserahkan pada 10 anak. Anak tertua,
Atlas, menjadi raja atas pulau itu dan samudra di sekitarnya (disebut Samudra
Atlantik untuk menghormati Atlas). Nama "Atlantis"
juga berasal dari namanya, yang berarti "Pulau Atlas".
Poseidon mengukir gunung
tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit
bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan
terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding. Bangsa Atlantis lalu
membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa
pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua
menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar
pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk
ke kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin
kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari
parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu
atau kuningan).
Menurut Critias, 9.000
tahun sebelum kelahirannya, perang terjadi antara bangsa yang berada di luar
Pilar-pilar Herkules (umumnya diduga Selat
Gibraltar), dengan bangsa yang tinggal di dalam Pilar. Bangsa
Atlantis menaklukkan Libya sampai sejauh Mesir dan benua Eropa sampai
sejauh Tirenia,
dan menjadikan penduduknya budak. Orang Athena memimpin aliansi melawan
kekaisaran Atlantis, dan sewaktu aliansi dihancurkan, Athena melawan kekaisaran
Atlantis sendiri, membebaskan wilayah yang diduduki. Namun, nantinya, muncul
gempa bumi dan banjir besar di Atlantis, dan hanya dalam satu hari satu malam,
pulau Atlantis tenggelam dan menghilang.
Catatan kuno
lainnya
Selain Timaeus dan Critias,
tidak terdapat catatan kuno mengenai Atlantis, yang berarti setiap catatan
mengenai Atlantis lainnya berdasarkan dari catatan Plato.
Banyak filsuf kuno menganggap
Atlantis sebagai kisah fiksi, termasuk (menurut Strabo) Aristoteles.
Namun, terdapat filsuf, ahli geografi dan sejarawan yang percaya akan
keberadaan Atlantis. Filsuf Crantor,
murid dari murid Plato, Xenocrates, mencoba menemukan bukti keberadaan Atlantis.
Karyanya, komentar mengenai Timaeus, hilang, tetapi sejarawan kuno
lainnya, Proclus, melaporkan bahwa
Crantor berkelana ke
Mesir dan menemukan kolom
dengan sejarah Atlantis tertulis dalam huruf heroglif.[6] Plato
tidak pernah menyebut kolom tersebut. Menurut filsuf Yunani, Solon melihat
kisah Atlantis dalam sumber yang berbeda yang dapat "diambil untuk
diberikan".[7]
Bagian lain dari komentar
abad ke-5 Proclus mengenai Timaeus memberi deskripsi geografi
Atlantis. Menurut mereka, terdapat tujuh pulau di laut tersebut pada saat itu,
tanah suci untuk Persephone, dan juga tiga lainnya dengan besar yang sangat
besar, salah satunya tanah suci untuk Pluto, lainnya untuk Ammon, dan terakhir
di antaranya untuk Poseidon, dengan luas ribuan stadia. Penduduknya—mereka
menambah—memelihara ingatan dari nenek moyang mereka mengenai pulau besar
Atlantis yang pernah ada dan telah berkuasa terhadap semua pulau di laut
Atlantik dan suci untuk Poseidon. Kini, hal tersebut telah ditulis Marcellus
dalam Aethiopica".[8] Marcellus
masih belum diidentifikasi.
Sejarawan dan filsuf kuno
lainnya yang memercayai keberadaan Atlantis adalah Strabo dan Posidonius.
Catatan Plato mengenai
Atlantis juga telah menginspirasi beberapa imitasi parodik: hanya beberapa
dekade setelah Timaeus dan Critias,
sejarawan Theopompus dari Chiosmenulis mengenai
wilayah yang disebut Meropis. Deskripsi wilayah
ini ada pada Buku 8 Philippica, yang berisi dialog antara
Raja Midas dan Silenus,
teman dari Dionysus.
Silenus mendeskripsikan Bangsa Meropid, ras manusia yang tumbuh dua kali dari
ukuran tubuh biasa, dan menghuni dua kota di Pulau Meropis (Cos?): Eusebes (Εὐσεβής, "kota Pious") dan Machimos (Μάχιμος, "kota-Pertempuran"). Ia juga melaporkan
bahwa angkatan bersenjata sebanyak sepuluh juta tentara menyeberangi samudra
untuk menaklukkanHyperborea, tetapi
meninggalkan proposal ini ketika mereka menyadari bahwa bangsa Hyperborea
adalah bangsa terberuntung di dunia. Heinz-Günther Nesselrath menyatakan bahwa
cerita Silenus merupakan jiplakan dari kisah Atlantis, untuk alasan membongkar
ide Plato untuk mengejek.
Zoticus, seorang
filsuf Neoplatonis pada abad ke-3, menulis puisi
berdasarkan catatan Plato mengenai Atlantis.[11]
Sejarawan abad ke-4, Ammianus Marcellinus, berdasarkan karya
Timagenes (sejarawan abad ke-1 SM) yang hilang, menulis bahwa Druid dari Galia mengatakan
bahwa sebagian penduduk Galia bermigrasi dari kepulauan yang jauh. Catatan
Ammianus dianggap oleh sebagian orang sebagai klaim bahwa ketika Atlantis
tenggelam, penduduknya mengungsi ke Eropa Barat; tetapi Ammianus mengatakan
bahwa “Drasidae (Druid) menyebut kembali bahwa sebagian dari penduduk merupakan
penduduk asli, tetapi lainnya juga bermigrasi dari kepulauan dan wilayah
melewati Rhine"
(Res Gestae 15.9), tanda bahwa imigran datang ke Galia dari utara
dan timur, tidak dari Samudra Atlantik.[12]
Risalah Ibrani mengenai
perhitungan astronomi pada tahun 1378/79, yang merupakan parafrase
karya Islam awal yang tidak diketahui, menyinggung mitologi Atlantis dalam
diskusi mengenai penentuan titik nol kalkulasi garis bujur.[13]
Catatan modern
Peta menunjukan wilayah
kekuasaan Kekaisaran Atlantis. Peta dibuat oleh Ignatius L. Donnelly.
Novel Francis Bacon tahun
1627, The New Atlantis (Atlantis Baru),
mendeskripsikan komunitas utopia yang disebut Bensalem, terletak di pantai
barat Amerika. Karakter dalam novel ini memberikan sejarah Atlantis yang mirip
dengan catatan Plato. Tidak jelas apakah Bacon menyebut Amerika Utara atau Amerika
Selatan.
Novel Isaac Newton tahun
1728, The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended (Kronologi
Kerajaan Kuno Berkembang), mempelajari berbagai hubungan mitologi dengan
Atlantis. [14]
Pada pertengahan dan akhir
abad ke-19, beberapa sarjana Mesoamerika,
dimulai dari Charles
Etienne Brasseur de Bourbourg, dan termasuk Edward
Herbert Thompson dan Augustus Le Plongeon,
menyatakan bahwa Atlantis berhubungan dengan peradaban
Maya danAztek.
Pada tahun 1882, Ignatius L. Donnelly mempublikasikan Atlantis: the
Antediluvian World. Karyanya menarik minat banyak orang terhadap
Atlantis. Donnelly mengambil catatan Plato mengenai Atlantis dengan serius dan
menyatakan bahwa semua peradaban kuno yang
diketahui berasal dari kebudayaan Neolitik tingginya.
Selama akhir abad ke-19,
gagasan mengenai legenda Atlantis digabungkan dengan cerita-cerita "benua
hilang" lainnya, seperti Mu danLemuria. Helena
Blavatsky, "Nenek Pergerakan Era Baru", menulis
dalam The Secret Doctrine (Doktrin
Rahasia) bahwa bangsa Atlantis adalah pahlawan budaya (kontras dengan Plato
yang mendeskripsikan mereka sebagai masalah militer), dan "Akar Ras" ke-4, yang
diteruskan oleh "Ras Arya". Rudolf Steiner menulis
evolusi budaya Mu atau Atlantis. Edgar Cayce pertama
kali menyebut Atlantis tahun 1923[15] dan
nantinya menjelaskan bahwa lokasi Atlantis berada di Karibia dan
menyatakan bahwa Atlantis adalah peradaban kuno yang jaya, memiliki kapal dan
pesawat tempur yang menggunakan energi dalam bentuk kristal energi misterius,
dan telah tenggelam. Ia juga memprediksi bahwa sebagian dari Atlantis akan naik
ke permukaan tahun 1968 atau 1969. Jalan Bimini,
yang ditemukan oleh Dr. J. Manson Valentine, merupakan formasi batu tenggelam
yang terlihat seperti jalan di sebelah utara Kepulauan Bimini Utara.
Jalan ini ditemukan pada tahun 1968 dan diklaim sebagai bukti peradaban yang
hilang dan kini masih diteliti.
Telah diklaim bahwa sebelum
era Eratosthenes tahun 250 SM, penulis Yunani
menyatakan bahwa lokasi Pilar-pilar Herkules berada diSelat Sisilia,
namun tidak terdapat bukti yang cukup untuk membuktikan hal tersebut. Menurut
Herodotus (circa 430 SM), ekspedisi Finisi telah berlayar mengitari Afrika atas
perintah firaun Necho, berlayar ke
selatan Laut Merah dan Samudera Hindia dan bagian
utara di Atlantik, memasuki kembali Laut Tengah melalui
Pilar Hercules. Deskripsinya di Afrika barat laut menjelaskan bahwa ia
melokasikan Pilar Hercules dengan tepat di tempat pilar Hercules berada saat
ini. Kepercayaan bahwa pilar Hercules yang telah diletakkan di Selat Sisilia
menurut Eratosthenes, telah dikutip dalam beberapa teori Atlantis.
Edgar Cayce.
Ide Nasionalis
Konsep Atlantis menarik
perhatian teoris Nazi.
Pada tahun 1938, Heinrich Himmler mengorganisasi pencarian
di Tibet untuk
menemukan sisa bangsa Atlantis putih. Menurut Julius Evola (Revolt
Against the Modern World, 1934), bangsa Atlantis adalah manusia super (Übermensch)Hyperborea—Nordik yang
berasal dari Kutub Utara (lihat Thule). Alfred Rosenberg (The Myth of
the Twentieth Century, 1930) juga berbicara mengenai kepala ras
"Nordik-Atlantis" atau "Arya-Nordik".
Hipotesis terkini
Dengan teori continental
drift secara luas diterima selama tahun 1960-an, kebanyakan
teori "Benua Hilang" Atlantis mulai menyusut popularitasnya. Beberapa
teoris terkini mengusulkan bahwa elemen cerita Plato berasal dari mitologi
awal.
Hipotesis
lokasi
Citra satelit Santorini dari
udara. Tempat ini merupakan salah satu dari banyak tempat yang diduga sebagai
lokasi Atlantis.
Sejak
Donnelly, terdapat lusinan-bahkan ratusan-usulan lokasi Atlantis. Beberapa
hipotesis merupakan hipotesis arkeologi atau ilmiah, sementara lainnya
berdasarkan fisika atau lainnya. Banyak tempat usulan yang memiliki kemiripan
karakteristik dengan kisah Atlantis (air, bencana besar, periode waktu yang
relevan), tetapi tidak ada yang berhasil dibuktikan sebagai kisah sejarah
Atlantis yang sesungguhnya.
Lokasi yang diusulkan kebanyakan berada di sekitar
Laut Tengah. Pulau seperti Sardinia, Kreta dan Santorini, Sisilia, Siprus dan Malta; kota seperti Troya, Tartessos, dan Tantalus
(di provinsi Manisa), Turki; dan Israel-Sinai atau Kanaan. Letusan Thera besar
pada abad ke-17 atau ke-16 SM menyebabkan tsunami besar
yang diduga para ahli menghancurkan peradaban
Minoa di sekitar pulau Kreta yang semakin meningkatkan kepercayaan
bahwa bencana ini mungkin merupakan bencana yang menghancurkan Atlantis.[16] Terdapat
wilayah di Laut Hitam yang diusulkan sebagai lokasi
Atlantis: Bosporus dan Ancomah (tempat
legendaris di dekat Trabzon). Sekitar Laut Azovdiusulkan
sebagai lokasi lainnya tahun 2003.[17] A.
G. Galanopoulos menyatakan bahwa skala waktu telah berubah akibat kesalahan
penerjemahan, kemungkinan kesalahan penerjemahan bahasa Mesir ke Yunani;
kesalahan yang sama akan mengurangi besar Kerajaan Atlantis Plato menjadi
sebesar pulau Kreta, yang meninggalkan kota dengan ukuran kawah Thera. 900
tahun sebelum Solon merupakan abad ke-15 SM.[18]
Beberapa
hipotesis menyatakan Atlantis berada pada pulau yang telah tenggelam di Eropa Utara,
termasuk Swedia (oleh Olof Rudbeck diAtland, 1672–1702),
atau di Laut Utara. Beberapa telah mengusulkan Al-Andalus atau Irlandia sebagai
lokasi.[19] Kepulauan
Canary juga dinyatakan sebagai lokasi yang mungkin, sebelah
barat selat Gibraltar tetapi dekat dengan Laut
Tengah. Berbagai kepulauan di Atlantik juga dinyatakan sebagai lokasi yang
mungkin, terutama Kepulauan Azores. Pulau Spartel yang telah
tenggelam di selat Gibraltar juga telah diusulkan.[20]
Antarktika, Indonesia,
di bawah Segitiga Bermuda,[21] dan Laut Karibia telah
diusulkan sebagai lokasi Atlantis. Kisah benua "Kumari Kandam"
yang hilang di India telah
menginspirasi beberapa orang untuk menggambarkannya secara paralel dengan
Atlantis. Menurut Ignatius L. Donnelly dalam
bukunya, Atlantis: The
Antediluvian World, terdapat hubungan antara Atlantis dan Aztlan (tempat
tinggal nenek moyang suku Aztek). Ia mengklaim bahwa suku Aztek menunjuk ke
timur Karibia sebagai bekas lokasi Aztlan.
Lokasi yang diduga sebagai
lokasi Atlantis adalah:
·
Turki
·
Di dekat Siprus
·
Malta
·
Sardinia
·
Troya
·
Bolivia
·
Inggris
·
Irlandia
·
Denmark
·
Isla de la Juventud dekat Kuba
·
Meksiko
·
Swedia
0 komentar:
Posting Komentar